KAJIAN TINGKAT KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PENAMBANGAN MATERIAL LEMPUNG DI DESA SIDOREJO, KECAMATAN GODEAN, KABUPATEN SLEMAN, DIY
Abstract
Kegiatan penambangan material lempung di Desa Sidorejo, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman DIY merupakan pertambangan rakyat yang dilakukan secara tradisional. Kegiatan penambangan dapat menimbulkan dampak positif yaitu mendatangkan keuntungan bagi masyarakat dan dampak negatif yaitu menimbulkan perubahan bentuk lahan dan penurunan kualitas tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kerusakan lahan dan parameter-parameter yang paling berpengaruh terjadinya kerusakan lahan akibat penambangan material lempung dan memberikan arahan pengelolaan sesuai pada lahan yang mengalami kerusakan lahan. Metode penelitian yang digunakan ialah metode survey, pemetaan, analisis deskriptif dan pengharkatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kerusakan lahan meliputi tingkat sedang dan tinggi. Tingkat kerusakan sedang mencakup luas lahan sebesar 3,39 Ha. Zona ini dipengaruhi oleh faktor- faktor yang meliputi kedalaman lubang galian, kondisi jalan dan pengangkutan bahan galian. Kerusakan lahan pada tingkat tinggi mencakup luas lahan sebesar 4,36 Ha. Zona ini dipengaruhi oleh faktor- faktor yang meliputi tinggi dinding galian, kemiringan tebing galian, relief dasar galian dan erosi. Akibat dari kegiatan penambangan adalah terjadinya perubahan topografi dan terjadi degradasi tanah. Arahan pengelolaan disesuaikan dengan kondisi lahan yang mengalami kerusakan lahan.
Clay material mining activities in Sidorejo Village, Godean sub district, Sleman,DIY. Special Region is a local mining activity that is done traditionally. Mining activities can give a positive impact such as profit for the society and negative impact that cause changes in landform and soil degradation. The purpose of this study is to determine the level of land degradation, to evaluate the parameters that lead to land damage caused by clay mining, and to provide guidance towards appropriate management of land degraded. The methods used in this research are survey method, mapping method, descriptive analysis method and scoring method. The results of this research show that the level of land degradation is at a medium level with area of 3.87 ha. This zone is influenced by factors that including depth of pits, road conditions and the transportation of mining materials. In addition, land degradation with a high level of degradation covered area of 4.36 ha. This zone is influenced by factors of height of excavation wall, excavation slope, relief of excavation base and soil erosion. As a result, the mining activity cause changes in topography and soil degradation. The directive for appropriate management proposed is based on the condition of the land that has been degraded.
Full Text:
PDFReferences
Arsyad, S. (2010). “Konservasi Tanah dan Air”. IPB. Bogor.
Hardiyatmo dan Hary C. (2006). “Penanganan Tanah Longsor Dan Erosi”. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hardjowigeno,S. (2010), “Ilmu Tanah”. Akademika Pressindo Jakarta.
Keputusan Gubernur daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 63 tahun 2003 tentang “Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan bagi Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian olongan C di Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”.
Notohadinegoro, T. (1999).”Diagnosis Fisik, Kimia dan Hayati Kerusakan Lahan”, Yogyakarta.
Purwowidodo. (1991). “Ganesa Tanah, Proses Ganesa dan Morfologi”, Rajawali Press, Jakarta.
Soemarwoto, (1994), ”Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan”, Yogyakarta.
Supardi. (2003), “Lingkungan Hidup dan kelestariaannya”., Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia nomr 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Wardoyo, S.,(2003), “Reklamasi lahan bekas tambang yang berwawasan lingkungan”,. Yogyakarta.
DOI: https://doi.org/10.31284/j.semitan.2019.833
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 Prosiding Seminar Teknologi Kebumian dan Kelautan