Desain Skywalk Jalan Malioboro-Stasiun Tugu Yogyakarta

R Kurniawan Candra Kusuma, Broto Wahyono Sulistyo, Amir Mukmin Rachim

Abstract


Banyaknya wisatawan yang datang berlibur dan suka berjalan kaki di kota Yogyakarta menyebabkan kemacetan sehingga memerlukan penanganan khusus. Fasilitas sarana prasarana pedestrian yang tidak memadai dalam menampung banyaknya wisatawan yang berkunjung merupakan suatu permasalahan yang harus diatasi karena menyangkut keamanan dan kenyamanan para pejalan kaki. Pedestrian yang sempit dan tidak tertata pada beberapa bagian kota menyebabkan ruang kota terasa kumuh. Sehingga para wisatawan yang berlibur di kota Yogyakarta merasakan penurunan tingkat kenyamanan. Karena itu perlu diciptakannya sebuah pedestrian yang dapat menampung pejalan kaki serta pedagang yang ada di area jalan Malioboro dan sekitarnya merasakan kenyamanan. Banyaknya parkir liar yang memakan badan jalan serta trotoar di sekitar pusat keramaian juga turut serta menjadi penyumbang kemacetan di kota Yogyakarta. Untuk menampung berbagai kendaraan dari para wisatawan yang hadir di kota Yogyakarta, maka disediakan kantong parkir di pusat kota Yogyakarta yang berhubungan langsung dengan transportasi umum kota. Gaya arsitektur di pusat kota Yogyakarta pun semakin melupakan gaya arsitektur khas kota tersebut. Karena banyak bangunan yang membangun tanpa melihat potensi arsitektur dan budaya di kota yang terkenal dengan adat dan budaya yang cukup kental. Sehingga mengusung tema yang membangkitkan kembali gaya arsitektur kota budaya tersebut.

Lokasi perancangan terletak pada jalan P. Mangkubumi hingga jalan Malioboro serta mengolah kantong parkir yang terletak pada jalan Abu Bakar Ali. Kondisi sekitar site merupakan pusat kota yang merupakan pusat wisata dan pusat perbelanjaan yang sering dikunjungi oleh wisatawan dari dalam maupun luar kota. Fasilitas yang tersedia adalah pusat perbelanjaan, pedestrian, pusat kuliner, serta kantong parkir yang memadai untuk para pengunjung jalan Malioboro. 

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka skywalk ini mengusung konsep makro adaptif, yaitu melakukan suatu perancangan desain yang menyesuaikan dengan gaya arsitektur terdahulu di sekitar site berdasarkan analisa yang ada. Penempatan bangunan menyesuaikan dengan garis imajiner dari utara hingga selatan yang dipercaya oleh masyarakat sekitar. Bentuk wajah bangunan juga menyesuaikan dengan gaya arsitektur di sekitar site. Pada beberapa bangunan di sekitar site merupakan gaya arsitektur yang memiliki perpaduan antara gaya arsitektur kolonial belanda dengan gaya arsitektur jawa.


Keywords


pedestrian; kota Yogyakarta; arsitektur

Full Text:

PDF

References


Atmadi, P. (1979) Beberapa Patokan Perencanaan Bangunan Candi Suatu Penelitian Melalui Ungkapan Bangunan pada Relief Candi Borobudur. Universitas Gadjah Mada.

Brolin, B. C. (1980) Architecture in Context: Fitting New Buildings with Old. New York: Van Nostrand Reinhold.

Hamzuri (1985) Rumah Tradisional Jawa. Proyek Pengembangan Museum Nasional.

Pengertian Arsitektur Kontekstualisme, Sejarah, Ciri-ciri, dan Contohnya (2018). Available at: https://www.arsitur.com/2018/10/arsitektur-kontekstualisme-lengkap.html.

Wolford, J. N. (2004) Architectural Contextualism in the Twentieth Century, with Particular Reference to the Architects E. Fay Jones and John Carl Warnecke. Atlanta: Georgia Institute of Technology.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Prosiding Seminar Teknologi Perencanaan, Perancangan, Lingkungan dan Infrastruktur

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.