Penerapan Arsitektur Berwawasan Perilaku pada Tatanan Lahan Pusat Pemberdayaan Penyandang Tuna Netra di Surabaya
Abstract
Penyandang Tuna netra tergolong dalam salah satu cacat fisik yang dialami seseorang. Banyaknya penyandang tuna netra di Indonesia serta kurangnya penyediaan fasilitas pemberdayaan menjadi masalah tersendiri. Maka dibutuhkannya sebuah tempat yang menyediakan fasilitas untuk kegiatan tunanetra di Indonesia salah satunya di Surabaya, yang bertujuan untuk memberdayakan mereka sehingga mereka tidak merasa didiskriminasi dalam hal pendidikan dan kondisi sosial di lingkungan formal khususnya. Penataan tatanan lahan yang baik dan aman bagi tuna netra sangat penting, agar mereka dapat melakukan mobilitasnya dengan mandiri. Menggunakan tema Arsitektur Berwawasan Perilaku untuk memperhatikan perilaku tuna netra dalam proses desain tatanan lahan, sehingga dapat mendukung kenyamanan dalam gerak tuna netra. Menggunakan metode deskriptif didasari dengan desain tatanan lahan yang responsive dan independent diharapkan dapat menanggapi kebutuhan dalam kegiatan mereka. Proses desain arsitektur yang dilakukan mampu menjawab kebutuhan para tunanetra, pada bentuk tatanan lahan yang dibuat mandiri dengan memudahkan sirkulasi yang linier terarah dan tidak membingungkan.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
N. Margolang, “Pemberdayaan Masyarakat,” Dedik. J. Community Engag., vol. I, no. 2, pp. 87–99, 2018, doi: 10.31227/osf.io/weu8z.
N. Salsabila, H. Krisnani, and N. C. Apsari, “Rehabilitasi Sosial Bagi Remaja Dengan Disabilitas Sensorik,” Focus J. Pekerj. Sos., vol. 1, no. 3, p. 190, 2019, doi: 10.24198/focus.v1i3.20496.
M. Prodi and A. Unsrat, “Arsitektur Berwawasan Perilaku (Behaviorisme),” vol. 8, no. 1, pp. 53–67, 2011.
Y. B. Terarah, I. Teknologi, A. Tama, J. Arif, and R. Hakim, “(1) , (2) , (3),” no. 100, pp. 239–246.
Refbacks
- There are currently no refbacks.