PENINGKATAN KUALITAS PRODUK GAMIS ANAK DI PT.KKI DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DAN SIX SIGMA
Abstract
Pengembangan produk merupakan suatu cara atau strategi untuk pertumbuhan usaha dengan menawarkan suatu produk baru. Dengan terus meningkatnya permintaan konsumen pada pakaian mendorong pelaku industri pakaian untuk selalu mengembangkan kualitas dan kuantitas dari produknya agar dapat bersaing dipasar dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen. PT. KKI merupakan perusahaan yang bergerak di industri pengolahan pakaian jadi yang berlokasi di Jawa Timur, dengan produk utama gamis anak yang dikhususkan bagi anak usia dini (0 - 5 tahun). Komitmen terdepan dalam memberikan kualitas produk yang berkualitas merupakan prioritas perusahaan dalam membuat setiap produk yang dipasarkan. Kualitas produk menggambarkan suatu kesempatan atau harapan yang diberikan kepada konsumen oleh produsen yang memiliki nilai tambah dan jual lebih yang tidak dimiliki oleh para pesaing. Sehingga pelaku usaha harus mampu meningkatkan kualitas yang makin menguntungkan dari pada yang diberikan oleh pesaing lainnya. Metode quality function deployment adalah metode terstruktur yang digunakan untuk menentukan spesifikasi yang memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen. Metode six sigma adalah metode manajemen baru yang digunakan terfokus terhadap pengendalian kualitas dengan mengurangi tingkat kecacatan produk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan yang diharapkan oleh konsumen, melakukan evaluasi untuk peningkatan terhadap tingkat kepentingan tersebut dengan metode six sigma. Hasil penelitian diketahui bahwa tingkat kepentingan konsumen berdasarkan analisis house of quality dalam QFD, evaluasi akan dilakukan pada masalah kualitas produk yang ditawarkan kepada konsumen. Kualitas produk yang diharapkan pelanggan adalah memiliki kualitas produk dengan jahitan rapi dan kuat serta produk yang awet dan tahan lama. Pada kualitas produk tersebut dilakukan analisis six sigma, didapatkan beberapa hal penting (CTQ) yang menyebabkan produk mengalami cacat, antara lain: cacat jahitan, cacat obras, kain bernoda, kain brudul, kain jleret dan kain berlubang. Dari hasil perhitungan tingkat sigma menunjukan bahwa hasil produksi memiliki tingkat sigma 3,393 pada kain bernoda dan cacat jahitan dengan sigma 3,591. Berdasarkan analisis metode QFD dan six sigma didapatkan hubungan antara kualitas jahitan rapi dan kuat dengan cacat jahitan, sehingga jenis cacat yang terjadi tersebut perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu. Perbaikan yang dilakukan adalah memberikan pengarahan dan pelatihan terhadap tenaga penjahit untuk memahami penggunaan mesin dan bahan, menjaga kebersihan material bahan baku, pengecekan secara berkala terhadap peralatan dan bahan baku, menjaga tempat kerja dalam kondisi yang bersih.
Full Text:
PDFReferences
BPS, “Analisis Hasil SE2016 Lanjutan: Analisa Daya Saing Usaha Industri Pengolahan,” 2019.
P. Kotler and K. L. Keller, Manajemen pemasaran Jilid 1. 2009.
D. A. Garvin, “Competing on the Eight Dimensions of Quality,” Harv. Bus. Rev., 1987.
P. Kotler and K. L. Keller, Marketing Management. Pearson Education, Inc, 2016.
F. Franceschini, Advanced Quality Function Deployment. 2001.
T. Wijaya, Manajemen Kualitas Jasa Edisi ke 2. Jakarta, 2018.
V. Gaspersz, Total Quality Manajemen. 2005.
Sartin, “Analisa Faktor - Faktor Penyebab Defect Pada Produk Bussing Dengan Metode Six Sigma di PT. MWS Surabaya,” J. Tek. Ind. dan Manaj., 2012.
Y. F. Suci, Y. N. Nasution, and N. A. Rizki, “Penggunaan Metode Seven New Quality Tools dan Metode DMAIC Six Sigma Pada Penerapan Pengendalian Kualitas Produk (Studi Kasus : Roti Durian Panglima Produksi PT. Panglima Roqiiqu Group Samarinda),” J. EKSPONENSIAL Vol., 2017.
M. Nasir, “Metode Penelitian,” in Metode Penelitian, 2005.
Refbacks
- There are currently no refbacks.