Kontrol Struktur Geologi Dalam Penentuan Zonasi Gerakan Tanah Daerah Karangjaya dan Sekitarnya Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat

Nadika Devatama, Edy Sutriyono

Abstract


Struktur geologi yang berkembang pada batuan dikenal juga sebagai zona lemah, artinya rentan terhadap deformasi, baik akibat proses tektonik atau pelapukan serta erosi. Dalam konteks gerakan tanah kondisi struktur geologi dari suatu daerah merupakan salah satu faktor pemicu, oleh karena itu identifikasi zona lemah ini diperlukan untuk pemetaan area yang berpotensi terjadinya bencana alam tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kerawanan gerakan tanah daerah Karangjaya dan sekitarnya dengan analisis data lapangan dan penginderaan jauh. Kajian ini pada prinsipnya mendasarkan pada nilai pembobotan dari beberapa parameter, antara lain jarak dari sesar, kerapatan kelurusan, jenis batuan, dan kemiringan lereng dengan nilai pembobotan paling rendah menunjukkan tingkat bahaya paling tinggi. Hasil studi menunjukkan bahwa daerah penelitian dapat digolongkan ke dalam tiga parameter dengan nilai terbobot total kawasan sangat berbahaya 2-6,5, bobot kawasan rawan 6,6-12, dan bobot tertimbang kawasan aman dengan nilai 13-20. Berdasarkan hasil tersebut kawasan dengan jarak sesar <500 meter memiliki tingkat kerawanan sangat berbahaya,sehingga perlu dilakukan kajian lebih lanjut.

 

Structural geology that develops in rocks is also known as weak zones, which means it is vulnerable to deformation, either due to tectonic processes or weathering and erosion. In the context of ground movement, the condition of the geological structure of an area is one of the triggering factors, therefore identification of this weak zone is needed for mapping the area that has the potential for natural disasters to occur. This study aims to identify the level of vulnerability to ground movement in the Karangjaya area and its surroundings by analyzing field data and remote sensing. This study is principally based on the weighting values of several parameters, including distance from the fault, lineament density, rock type, and slope with the lowest weighting value indicating the highest level of hazard. The results of the study indicate that the research area can be classified into three parameters with a total weighted value of 2-6.5 very dangerous areas, a weighted area of 6.6-12, and a weighted area of safe with a value of 13-20. Based on these results, areas with a fault distance of <500 meters have a very dangerous level of vulnerability, so further studies need to be carried out.


Keywords


Gerakan tanah;struktur;longsor;bobot;kerawanan

Full Text:

PDF

References


H. Fossen, Structural Geology, New York: Cambridge University Press, 2010.

Hilmi, Feisal dan Iyan Haryanto, Pola Struktur Regional Jawa Barat, Bandung: Bulettin of Scientific Contribution, 2008.

I. Haryanto, Struktur Geologi Paleogen dan Neogen di Jawa Barat, Bandung: Bulletin of Scientific Contribution, 2006.

D. Karnawati, Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya, Yogyakarta: UGM Press, 2005.

R. Lisle, Geological Structures and Maps, Cardiff: Cardiff University, 2004.

D. Noor, Geologi Untuk Perencanaan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004.

Oktarina, et al, Implementasi Remote Sensing Data dan GIS Untuk Penentuan Daerah Terdampak Longsor di Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, Kalimantan Selatan: Neogen 1.0, 2020.

O'Leary, Freidman D.W and H.A Pohn., Lineament, Linear, Lineation; Some proposed new definition for old terms., Chicago: Geological Society of America Bulletin 87: 1463-1469, 1976.

Peacock, et al., A broder classification of damage zones, Journal of Structural Geology, 2017.

Martodjojo dan Pullongono, Perubahan tektonik Paleogen-Neogen merupakan perisitiwa terpenting di jawa, Yogyakarta: Proceedings geologi dan geotektonik pulau jawa : 37-50, 1994.

PVMBG, Peta Zona Gerakatan Tanah Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, Bandung: PVMBG, 2000.

Widyamanti, Wirasatuti, Ikhsan Wicaksono, Prima Dinta Rahma, “Identification of topographic element of composition based on landform boundaries from radar interferometry segmentation,” in IOP Conference Series: Earth and Enviromental Science, https;//doi.org/10.1088/1755-1315/37/1/012008, 2016.

Z. Zhumabek, B. Assylkhan, F. Alexandr, et al, “Automated Lineament Analysis to asess the geodynamic activity areas Procedia Computer Science,” DOI:10.1016/j.procs.2017.11.091, vol. 121, pp. 699-706, 2017.

T. Budhitrisna, Lembar Geologi Tasikmalaya, Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1986.

D. P. Umum, Pedoman Konstruksi dan bangunan, Rekayasa Penanganan Keruntungan Lereng Pada Tanah Residual dan Batuan, Jakarta: Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2005.

N. Devatama, Geologi Daerah Karangjaya dan sekitarnya Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Palembang: (Tidak Dipublikasi), 2022.

PUPR, Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Vol 3 Issue Longsor, Jakarta: DIRJEN Pekerjaan Umum, 2007.

Alparslan. et al, “l. A GIS model for settlement suistanibility regarding disaster mitigation, a acase study,” Engineering Geology, no. 96, pp. 126-140, 2008.

Varnes, D. J., Slope Movement Type and Processes, Special Report 176; Lindslide; Analisis and Control, Eds: R. L. Schuster dan R. J. Krizek, Transport Research Board, National Research Countil, Washington, D. C., 11-33. , 1978




DOI: https://doi.org/10.31284/j.semitan.j.2022.v1i1.4938

Refbacks

  • There are currently no refbacks.