Arsitektur Neo Vernakular pada Gedung Pertunjukan Seni Tari Tradisional Suku Dayak di Samarinda

Fauzi Syah, Suci Ramadhani, Esty Poedjioetami

Sari


Kota Samarinda merupakan Ibukota provinsi Kalimantan Timur dimana terdapat banyaknya ragam budaya di antaranya ada seni tari tradisional yaitu tari khas suku dayak.. Gedung Pertunjukan Seni Tari Tradisional Suku Dayak di Kota Samarinda dengan menggunakan tema aritektur Neo-Vernakular bertujuan untuk mengembangkan kesenian tari khas dari Kalimantan Timur. Dengan pendekatan tema arsitektur Neo Vernakular dan menerapkan makro konsep (Develop Culture) yang menciptakan desain dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian mangalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat. Mikro KonsepTatanan Lahan (Cultural Realm) Menciptakan desain tatanan lahan dengan menerapkan sebuah kawasan yang memiliki suasana nyaman dan asri serta menerapkan nilai-nilai budaya suku dayak pada kawsan. Mikro Konsep Bentuk (Forward Culture) Menciptakan desain bentuk bangunan dengan konsep budaya yang maju, agar dapat memberikan semangat untuk mengembangkan kebudayaaan khas daeerah. Mikro Konsep Ruang (Adaptive) Konsep “Adaptive” dalam Arsitektur menciptakan desain ruang secara langsung maupun tak langsung berhubungan dengan ruang, ruang yang berfungsi sebagai wadah kegiatan. Hasil rancangan ini diharapkan menjadi pusat kesenian tari khas suku dayak yang dapat memberikan kontribusi positif bagi lingkungan dan masyarakat serta dapat menjadi obyek wisata bagi masyarakat, baik dari dalam maupun luar negeri yang tertarik tentang kesenian tari asli Kalimantan Timur di Kota Samarinda.

Kata Kunci


Gedung Pertunjukan Seni Tari, Arsitektur Neo-Vernakular, Tradisional, Suku Dayak

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Fauzan, C. D., & Prayogi, W. L. (2020). Penerapan Arsitektur Neo – Vernakular Pada Bangunan Fasilitas Budaya Dan Hiburan. Jurnal Arsitektur ZONASI, Vol.3 (No.3), 2621–1610. https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Chaesar+Dhiya+Fauzan%2C+Widi+Luthfi+Prayogi%2C+%282020%29+Penerapan+Arsitektur+Neo+–+Vernakular+Pada+Bangunan+Fasilitas+Budaya+Dan+Hiburan+No.3.+Vol.3&btnG=

Ghina Fajrine, Agus Budi Purnomo,Jimmy Siswanto Juwana, Penerapan Konsep Arsitektur Neo Vernakular Pada Stasiun Pasar Minggu, Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017, Buku 2

Lail, J., & Widad, R. (2015). Belajar Tari Tradisional Dalam Upaya Meletarikan Tarian Asli Indonesia. Jurnal Inovasi Dan Kewirausahaan, Vol.4(No.2), 102–104. https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Jamalul+Lail%2C+Romzatul+Widad%2C+%282015%29+Belajar+Tari+Tradisional+Dalam+Upaya+Meletarikan+Tarian+Asli+Indonesia%2C+No.+2+Vo1.++4+&btnG=

Sanjaya, A., & Kartono, J. L. (2014). Pusat Informasi Pariwisata dan Kebudayaan Kalimantan Timur di Samarinda. Jurnal Edimensi Arsitektur, Vol. II (No.1), 285–292. http://publication.petra.ac.id/index.php/teknik-arsitektur/article/view/1675

Singarimbun, M. (1991). Beberapa Aspek Kehidupan Masyarakat Dayak. No.3. https://journal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/2083

Tutuko, P. (2005). Proses Berpikir Dalam Mengkomunikasikan Perencanaan Dan Pemrograman Arsitektur. Jurnal Rekayasa Perencanaan, Vol.1 (No.2). http://eprints.upnjatim.ac.id/2495/1/Pindo_Tutuko.pdf




DOI: https://doi.org/10.31284/j.tekstur.2021.v2i2.2049

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.