Pemanfaatan Bioslurry Dari Digester Biogas Menjadi Pupuk Organik Cair

Hana Faizah Fadilah, Maritha Nilam Kusuma, Ro'du Dhuha Afrianisa

Abstract

Kotoran ternak merupakan salah satu limbah peternakan yang masih belum maksimal pemanfaatannya. Hasil survey menunjukkan sapi di daerah Wonosalam Jombang sebanyak ± 1.200 ekor dan setiap harinya menghasilkan 5 kg kotoran per ekor sapi. Limbah kotoran yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai biogas. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memanfaatkan bioslurry menjadi pupuk organik cair dari kadar Corganik, N, P dan K yang dihasilkan dengan standar  baku mutu pupuk organik cair menurut Peraturan Menteri Pertanian (PERMENTAN) No. 70/permentan/SR.140/10/2011. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan variasi penambahan urin sapi, air, kulit pisang dan batang pisang. Fermentasi dilakukan selama 21 hari dengan pengecekan rutin parameter suhu, pH dan warna pada hari ke-0, ke-5, ke-10, ke-15 dan ke-20. Reaktor yang digunakan sebanyak enam reaktor fermentasi, reaktor 1 sampai 3 menggunakan campuran bioslurry dengan urin sapi dan reaktor 4 sampai 6 dengan menggunakan campuran Bioslurry dengan air. Dengan komposisi bioslurry sebesar 2 liter, 3,5 liter dan 8 liter. Komposisi urin sapi dan air masing-masing sebesar 14 liter, 12,5 liter dan 8 liter. Kandungan unsur hara makro terbaik dalam pupuk organik cair dari bioslurry menunjukkan komposisi hasil fermentasi 3.5 liter bioslurry, 12.5 liter urin sapi dan bahan campuran (kulit pisang, batang pisang dan molasse) dengan nilai C-organik sebesar 8,37 %, N sebesar 0,56 %, P sebesar 3,86 % dan K sebesar 0,59 %.

Keywords

Bioslurry, fermentasi, pupuk cair, urin sapi

Full Text:

PDF

References

Sharma, S. 2012. Management of biogas slurry . Diakses pada 23 Juli 2019.

Karki. 2009. “Pengolahan Limbah Ternak”. Universitas Terbuka, Jakarta.

Nasution, FJ, Mawarni, Lisa dan Meiriani, 2014. Aplikasi Pupuk Organik Padat dan Cair Dari Kulit Pisang Kepok untuk Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brancissa juncea L.). Jurnal Online Agroteknologi. 2 (3): 1029-1037.

Setyawati, N., U. Nurjanah, dan D.A. Togatorop. 2010. Allelopathic effect of Wedelia trilobata, Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata and Mikania micrantha on green mustard growth. Proc. Int. Conf. On Bioscience and Biotechnology. Ramona, Y., M. Pharbawati, Y. Ciawi (eds.). Bali 23-24 Juli. 2019.

Martinsari. 2009. Pemanfaatan Larutan Kompos Cair (Larutan Dranco) Hasil Proses Fermentasi Serasah Daun Kering Sebagai Larutan Hara Hidroponik. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Bogor. Hal: 56.

Hakim, N., Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Diha, M.A., Hong, G.B.,Bailey, H.H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. 488 hal.

Susila, A. D. 2013. Sistem Hidroponik. Departemen Agonomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Modul. IPB. Bogor . 20 hal.

Budiyani, Ni Komang, Ni Nengah Soniasari, dan Ni Wayan Sri Sutari. 2016. “Analisis Kualitas Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang”. E-Jurnal Akroekoteknologi Tropika.Vol. 5, No. 1.

Makiyah, Mujiatul. 2013. Analisis Kadar N,P, dan K Pada Pupuk Cair Limbah Tahu dengan Penambahan Tanaman Matahari Meksiko (Thitonia diversivolia). Jurusan Kimia.

Hidayati, E. 2013. Kandungan Fosfor, C/N, dan pH Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Berbagai Ternak dengan Starter Stardec. Skripsi Fakultas Pendidikan Matematika.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.