Implementasi Perwujudan Bentuk Allah Tritunggal dalam Bangunan Gereja GPdI

Joshua Reynaldo Putra Alwina, Randy Pratama Salisnanda, Dian Pramita Eka Laksmiyanti

Abstract


Secara umum, Gereja merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat peribadahan umat Kristen di dunia. Meskipun secara fisik gereja identik sebagai sebuah bangunan tempat umat Kristiani beribadah, namun sebenarnya arti dari Gereja itu sendiri adalah orang-orang pilihan Tuhan yang berkumpul untuk memberitakan Firman Allah. Menurut Mardiatmadja, Gereja adalah kumpulan orang-orang percaya yang juga merupakan tubuh Kristus, sehingga dengan Gereja yang merupakan tubuh Kristus dan Kristus yang merupakan kepala-Nya maka Gereja harus bertindak sama dengan Kristus yaitu melakukan diakonia [1]. Menurut Johansen Cruyff Mandey [2], Gereja atau “ekklesia” dalam bahasa Yunani bukan sekedar kumpulan orang, tetapi memiliki arti yang sangat khusus, yaitu jemaat, umat atau memanggil. Sehingga, gereja bisa diartikan sebagai umat yang dipanggil Tuhan. Secara etimologi, kata gereja bermula dari bahasa Yunani Ekklesia, yang artinya mereka yang dipanggil keluar. Dengan demikian, arti dari penggambaran kalimat tersebut adalah orang-orang yang telah dipanggil keluar dari lingkungan gelapnya [3]. Oleh karena itu, pengertian Gereja yang sebenarnya bukan terletak pada makna ecclesiae, yakni pemberitaan Firman Allah yang benar, sacramental yang betul, dan penegak disiplin yang baik [3]. Menurut Djeffry Hidajat [4], di dalam Perjanjian Baru, Gereja adalah Gereja dirumah. Alasan Yesus dan murid-muridnya menggunakan rumah untuk kegiatan Gereja adalah karena rumah merupakan unit sosial, ekonomi dan religius. Jontha Fresly Sembiring cenderung memaknai istilah Gereja dengan ekklesia yang berarti sidang, perkumpulan, perhimpunan, daan paguyuban pada umumnya. Sebuah bangunan Gereja umumnya memiliki bentuk yang khas, memiliki unsur–unsur Rohani Kristen yang tersirat pada bangunan Gerejanya. Tujuannya adalah agar desain bangunan Gereja tersebut dapat mercerminkan nilai Rohani.

Full Text:

PDF

References


B. S. Mardiadmadja, Eklesiologi: Makna dan Sejarahnya, 1st ed. Yogyakarta: Kanisius, 1986.

J. C. Mandey, “Semiotik Gereja GMIM Jemaat PNIEL Bahu Manado,” MEDIA MATRASAIN, vol. 14, no. 2, Art. no. 2, Jul. 2017.

A. A. Yewangoe, “Gereja Bagi Orang Lain: Suatu Refleksi tentang Menggereja dalam Konteks Penderitaan, Kemajemukan dan Warisan Sejarah,” Penuntun, vol. 3, no. 11, 1997.

D. Hidajat, “Gereja Di Rumah: Kontekstualisasi Fungsi-Fungsi Rumah Dalam Masa Perjanjian Baru Untuk Pekabaran Injil,” Veritas J. Teol. Dan Pelayanan, vol. 17, no. 2, pp. 107–117, Dec. 2018, doi: 10.36421/veritas.v17i2.310.

J. Moltmann, The Crucified God: The Cross of Christ as the Foundation and Criticism of Christian Theology. London: SCM, 1974.

J. Moltmann, The Trinity and the Kingdom: The Doctrine of God, 1st Fortress Press ed. Minneapolis, MN: Fortress Press, 1993.

S. J. Grenz and R. E. Olson, 20th-Century Theology: God & The World in a Transitional Age, Reprint. Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 2010.

G. Broadbent, Design in Architecture: Architecture and The Human Sciences. London: Chapman and Hall, 1988.

A. C. Antoniades, Poetics of architecture: theory of design. New York: Van Nostrand Reinhold, 1990.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Katalog Buku Karya Dosen ITATS