Komplek Pencak Silat sebagai Area Wisata dengan Pendekatan Arsitektur Simbolis dan Kebutuhan Ruangnya

Alex Dwi Pradani, Sigit Hadi Laksono, Broto Wahyono Sulistyo

Abstract


Menurut Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat [1]. Budaya merupakan peninggalan leluhur yang harus tetap dilestarikan hingga sekarang. Salah satu budaya di Kota Madiun adalah budaya Pencak Silat. Pencak Silat adalah gerakan bela serang yang berupa tari dan mempunyai irama dengan adat kesopanan tertentu [2]. Di Kota Madiun, Pencak Silat sudah menjadi nafas kehidupan bagi seluruh masyarakatnya sendiri, bahkan sudah menjadi kewajiban bagi seluruh masyarakat di Kota Madiun untuk berlatih ilmu bela diri Pencak Silat. Beladiri Pencak Silat di Kota Madiun mempunyai kegiatan rutin tahunan di bulan suro, yaitu acara 1 suro dan suran agung. Acara tersebut dilaksanakan oleh 2 perguruan yang mempunyai basis yang terbesar dan anggota terbanyak di Kota Madiun, yaitu Persaudaraan Setia Hati Terate dan Tunas Muda Winongo, yang di hadiri oleh para pendekar yang berasal dari Kota Madiun dan luar kota. Dengan demikian, Kota Madiun menjadi sebuah destinasi wisata budaya. Selain itu, Kota Madiun juga mengadakan kegiatan Pentas Seni dan Festival Pencak Silat Nasional yang diadakan setiap tahun sekali. Namun demikian, di Kota Madiun belum memiliki wadah untuk memfasilitasi kegiatankegiatan besar tersebut, khususnya Pencak Silat.

Full Text:

PDF

References


Eppink, A, Nilai-Nilai Terkandung Dalam Kebudayaan. Yayasan Obor Indonesia, 1996.

R. D. Mahardina, “Strategi Komunikasi Antar Perguruan Pencak Silat Dalam Membangun Persahabatan. Universitas UIN Sunan Ampel (Studi Analisis Deskriptif pada Perguruan Pencak Silat SH Terate dan SH Winongo di Kabupaten Madiun,” Undergraduate Thesis, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2017.

S. H. Laksono, “The Development of Taman Prestasi and Taman BMX Surabaya as a Tematic Park Is Reviewed from user Behavior,” Int. J. Adv. Eng. Res. Sci., vol. 4, no. 12, pp. 58–65, 2017, doi: 10.22161/ijaers.4.12.11.

S. H. Laksono, “Pengembangan Area Taman BMX Surabaya Sebagai Area Wisata Ditinjau Dari Perilaku Pengguna dan Sifat Ruang Yang Ada,” vol. 2017, p. 8, 2017.

Jencks, C, Meaning in architecure. George Braziller Publisher, 1969.

S. H. Laksono and V. G. Paryoko, “Factors That Influence Optimization Open Space Under the Jenggolo Sidoarjo Flyover,” IPTEK J. Proc. Ser., vol. 0, no. 6, Jan. 2019, doi: 10.12962/j23546026.y2018i6.4669.

A. Yoshinobu, Exterior Design in Architecture. PT. Dian Surya, 1983.

Hakim, Rustman, Komponen Perancangan Lansekap. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Carr S, M. Francis, L. Rivlin, & A. Stone, Public Space. Cambridge: Cambridge University Press, 1992.

Groat, Linda, & David Wang, Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc, 2002.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Katalog Buku Karya Dosen ITATS